Tunggu Sebentar...
× Home Headline Buku Gratis Buku Koleksi Tentang Kami



Cerita Perempuan di Balik Senyuman Mona Lisa

   Misteri masa lalu yang belum tersibak membuat setiap orang semakin penasaran. Mona Lisa adalah misteri yang misterius.

Sepanjang kurang lebih lima ratus tahun sosoknya tak berhenti jadi bahan tontonan, perbincangan, berita, penelitian, percobaan, reproduksi, parodi, inspirasi, hingga konon alasan seniman muda bunuh diri setelah merasa putus asa tak kunjung dapat menyibak rahasia senyumannya. Sebagian orang bilang ini adalah semata-mata perkara teknis: adalah pemahaman teori dan praktik sempurna dari sang seniman yang mewujudkan gambaran keindahannya. Yang lain mengakui si pelukis tak hanya memindahkan kecantikan fisiknya, namun lebih jauh berhasil mentransfer jiwanya yang berbahagia. Sebuah potret seorang perempuan dengan cerita panjang kehidupannya sendiri, menjadi bayang-bayang di balik kesuksesan pelukis mengabadikan sosoknya. Setidaknya sepuluh nama menjadi ‘saingan’ bagi dirinya sendiri sebagai hasil spekulasi banyak investigator yang penasaran. Sepertinya terlalu luar biasa untuk menjadi cerita nyata. Namun inilah yang telah terjadi.

Lisa Gherardini

        Lisa Gherardini alias Lisa di Antonio Maria Gherardini alias Lisa di Antonmaria Gherardini, namanya sebelum menikah, adalah anggota keluarga Gherardini dari Florence dan Tuscany, Italia. Ia dilahirkan di Florence tanggal 15 Juni 1479 di Via Maggio. Dia diberi nama Lisa, seperti nama isteri dari kakek dari pihak ayah. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, Lisa memiliki tiga adik perempuan, salah satunya bernama Ginevra, dan tiga adik laki-laki bernama Giovangualberto, Francesco, dan Noldo.

           Keluarga Lisa tergolong aristokrat yang telah kehilangan pengaruhnya. Mereka tinggal di Florence, awalnya di dekat Santa Trinita. Kehidupan mereka berjalan baik, walaupun tidak kaya raya, dengan penghasilan dari lahan pertanian. Selanjutnya mereka menyewa tempat di dekat Santo Spirito sepertinya karena tak sanggup lagi membiayai perbaikan rumah mereka saat terjadi kerusakan parah. Mereka pindah ke kawasan yang sekarang bernama Via dei Pepi, lalu ke dekat Santa Croce. Di tempat inilah mereka tinggal bertetangga dengan Ser Piero da Vinci, ayah Leonardo. Saat itu mereka masih memiliki rumah peristirahatan di St. Donato, desa Poggio, sekitar 32 kilometer ke arah selatan dari kota.

          Antonmaria di Noldo Gherardini, ayah Lisa, telah menikah dua kali sebelum tahun 1476 menikahi Lucrezia del Caccia, yang kelak melahirkan Lisa. Dua isteri terdahulu, Lisa di Giovanni Filippo de’ Carducci, menikah tahun 1465, dan Caterina Rucellai, menikah tahun 1473, meninggal saat melahirkan. Gherardini pada suatu masa memiliki atau menyewa enam pertanian di Chianti yang memproduksi gandum, anggur, dan minyak zaitun, serta memelihara hewan ternak. Noldo, kakek Lisa, mewariskan satu pertanian di Chianti pada Rumah Sakit Santa Maria Nuova. Gherardini menjamin sewa satu pertanian lain dari pertanian rumah sakit dan, supaya ia dapat mengawasi panen gandum, keluarganya menghabiskan musim panas di sana, di sebuah rumah bernama Ca’ di Pesa.

 

 

Peta kota Florence, Italia (wiki)

 

Lisa del Giocondo

Dalam usia lima belas tahun, tepatnya 5 Maret 1495, Lisa Gherardini menikah dengan Francesco di Bartolomeo di Zanobi del Giocondo, alias Francesco del Giocondo. Mas kawin Antonmaria untuk pernikahan putrinya adalah sebidang tanah pertanian di dekat rumah peristirahatannya, ditambah uang sejumlah 170 florin emas. Mas kawin sebesar itu relatif sedikit di kalangan masyarakat menengah, terlebih ketika dibandingkan dengan perjanjian finansial yang dibuat dalam pernikahan-pernikahan lain. Ini menunjukkan bahwa keluarga Gherardini tidak kaya pada waktu itu dan bahwa Lisa dan suaminya menikah atas dasar saling mencintai. Francesco del Giocondo mungkin sudah berusia tiga puluh tujuh tahun saat menikah ketiga kalinya ini. Hampir mirip mertuanya, ia pun ditinggal mati dua isterinya sebelum ini. Isteri pertamanya, Camilla di Mariotto Rucellai meninggal saat anak mereka, Bartolomeo, baru berusia satu tahun. Almarhum isteri pertamanya adalah saudara perempuan ibu tiri Lisa, yaitu isteri kedua ayahnya, yang bernama Caterina di Mariotto Rucellai. Rucellai adalah keluarga terpandang pada masa tersebut.

Francesco adalah warga terhormat di Florence, meskipun bukan tergolong tokoh terkemuka dalam pemerintahan kota. Ia datang dari keluarga pedagang kain dan sutra yang cukup berada, sementara status ekonomi keluarga Lisa berada sedikit saja di bawah suaminya. Dalam budaya barat saat itu, sedikit perbedaan kelas sosial dan ekonomi antara perempuan dan laki-laki pengantin bukanlah hal luar biasa, sama juga halnya bahwa sang suami jauh lebih tua, mengingat sebelumnya sudah pernah menikah. Dengan demikian, tak seperti yang diketahui banyak orang, tak ada yang ganjil mengenai status Lisa atau pernikahannya.

Lisa dan Francesco memiliki lima anak, yaitu Piero, Camilla, Andrea, Giocondo, dan Marietta. Lisa juga mengasih Bartolomeo, putra Francesco dari isteri kedua. Camilla dan Marietta menjadi biarawati Katholik. Nama Camilla menjadi Suster Beatrice dan memasuki biara San Domenico di Cafaggio, dan dipercayakan pengasuhannya pada saudara perempuan Antonmaria, kakeknya, yang bernama Suster Albiera, dan dua adik Lisa, atau bibi Camilla, yaitu Suster Camilla dan Suster Alessandra. Beatrice meninggal pada usia delapan belas tahun dan dimakamkan di Basilika Santa Maria Novella. Lisa berhubungan baik dengan Sant’ Orsola, sebuah biara yang dianggap terhormat di Florence, sehingga dapat menempatkan Marietta pada tahun 1521. Marietta menjadi Suster Ludovica dan berhasil sebagai anggota kehormatan dalam biara tersebut dengan memegang posisi yang memiliki tanggung jawab penting.

Karir Francesco maju sebagai pejabat resmi di Florence. Dia terpilih sebagai anggota pemerintahan kota, Signoria, pada tahun 1512. Kemungkinan ia pernah terlibat dalam aktivitas politik atau kepentingan bisnis keluarga Medici, sehingga ketika pemerintahan Florence tak menghendaki keluarga Medici kembali dari pengasinga, ia pun sempat dipenjarakan dan didenda sebesar 1.000 florin. Francesco dibebaskan pada bulan September bersamaan kepulangan keluarga Medici.

Menurut sebuah penelitian, Francesco meninggal akibat sakit tahun 1538 (atau 1539), pada usia sekitar delapan puluh tahun. Kira-kira dua tahun sebelumnya ia menyusun surat wasiat, dan di antara ketentuan-ketentuan yang dibuatnya disebutkan bahwa Francesco mengembalikan mas kawin Lisa untuk isterinya itu, memberikan padanya juga baju-baju dan perhiasan-perhiasan, serta memenuhi kebutuhan masa depannya. Mengenai kepercayaan pada Lisa atas pengasuhan putri mereka, Ludovica dan juga, apabila Lisa sanggup, putra Francesco, Bartolomeo, ia menuliskan, ‘dengan segenap kasih sayang dan cinta pewaris pada Monna Lisa, isterinya tercinta; mempertimbangkan kenyataan bahwa Lisa selama ini telah memperlihatkan jiwa mulia sebagai isteri yang setia; mengharapkan agar ia selalu tercukupi segala kebutuhannya . . .’

Lisa yang sangat berduka selanjutnya dibawa putrinya, Suster Ludovica ke biara Sant’ Orsola, dan menyusul mendiang suaminya empat tahun kemudian pada usia 63. Namun demikian laporan lain menyebutkan Lisa mungkin meneruskan kehidupannya hingga mencapai umur 71 atau 72 tahun, yang artinya ia meninggal pada sekitar tahun 1551.

 

 

Awalnya Hanya Lukisan Potret Pesanan

 

Lukisan Mona Lisa yang hilang dicuri dari museum tahun 1911 yang membuatnya semakin terkenal. (wiki)

 

Menyimak arti penting pernikahannya (juga kecilnya mas kawin untuk dirinya) dengan Lisa, patut dicermati bahwa Francesco tak banyak memperoleh keuntungan secara politik atau ekonomi dari sini. Oleh karenanya sangat mungkin ia menikahi Lisa atas dasar kasih sayang, dan bahwa kasih sayang inilah kiranya yang mernjadi bahan pertimbangannya untuk memesan lukisan potret isterinya pada Leonardo da Vinci.

Berdasarkan penelitian atas dokumen yang ada, yaitu waktu yang bersesuaian dengan periode kehidupan yang dijalani baik oleh Leonardo maupun Francesco dan Lisa, dapat diketahui bahwa lukisan potret ini dipesan saat sang seniman tidak sedang mengerjakan suatu karya besar sehingga ia mempunyai waktu untuk mengerjakan lukisan-lukisan pribadi. Sementara bagi keluarga del Giocondo, tahun 1503 sebagaimana disimpulkan sebagai tahun dimulainya pembuatan Mona Lisa, bertepatan dengan kelahiran anak laki-laki kedua mereka, Andrea, dan pembelian (kepindahan) rumah baru mereka. Di samping berbagai spekulasi yang muncul berkaitan motivasi pemesanan lukisan potret, yang ternyata kemudian menjadi luar biasa ini, sepertinya inilah alasan yang paling tepat.

Mona Lisa memenuhi standar potret perempuan terhormat abad 15 dan awal abad 16. Ia dilukiskan sebagai seorang isteri setia melalui sikap tubuhnya (walaupun pada akhirnya digambarkan tanpa cincin kawin): tangan kanannya dipangkukan ke atas tangan kirinya. Leonardo juga menghadirkan sosok Lisa sebagai perempuan yang modis dan berhasil, mungkin malah lebih baik daripada keadaan yang sebenarnya. Busananya yang bernuansa gelap serta selendang hitamnya dinilai gaya berpakaian Spanyol yang berselera tinggi; bukannya kesan berkabung sebagaimana diduga beberapa peneliti.

Perihal lukisan yang tak kunjung tuntas penggarapannya sehingga pada akhirnya tak terbayar juga karena tak diserahkan pada pemesannya, mungkin bisa dijelaskan dari tinjauan periode kehidupan sang seniman. Musim semi 1503 bagi Leonardo bisa jadi adalah masa yang kurang mengenakkan mengingat tak banyak penghasilan ia dapatkan. Bagaimanapun juga, sesuatu yang sepertinya tak menguntungkan ini toh mendatangkan kesempatan tak biasa: ia menerima pesanan yang relatif sederhana dari seorang lelaki warga kota yang terhormat untuk melukiskan potret isteri yang sangat dicintainya. Namun pada penghujung akhir tahun itu juga, Leonardo diduga kuat terpaksa menunda pekerjaannya menggarap Mona Lisa ketika ia menerima uang muka pembayaran untuk segera mulai melukis The Battle of Anghiari, yang dipesan oleh pemerintahan kota dan dijadwalkan tuntas Februari 1505.

Mona Lisa yang tertunda sekian lama hingga tahun 1506 sempat dianggap tak selesai oleh Leonardo. Bersama karya-karyanya yang lain yang masih harus dilengkapi, potret setengah jadi ini dibawa sang seniman kesana kemari mengikuti perjalanan hidupnya. Kemungkinan Leonardo menyelesaikan Mona Lisa bertahun-tahun kemudian di Perancis, sekitar tahun 1516.

Lima abad setelah wafatnya sang model, Mona Lisa masih terus abadi sebagai lukisan paling terkenal di dunia. Potret ini telah mengambil jalan hidup terpisah jauh dari Lisa, modelnya sendiri, dan jelas tak akan segera ‘mati’ dalam waktu dekat ini. –sa, dari berbagai sumber

 

 

#Mona Lisa #Misteri Mona Lisa #Lukisan Monalisa #Senyuman Mona Lisa #Leonardo da Vinci